Struktur Sosial Masyarakat Indonesia
Indonesia sebagai negara yang plural dapat terlihat jelas dari keadaan geografisnya yang terdiri atas kurang lebih 17 ribu pulau yang terseb...
http://mbahkarno.blogspot.com/2013/09/struktur-sosial-masyarakat-indonesia.html?m=0
Indonesia sebagai negara yang plural dapat terlihat jelas dari keadaan geografisnya yang terdiri atas kurang lebih 17 ribu pulau yang tersebar lebih dari 3.000 mil dari timur ke barat dan lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan. Ciri dari kemajemukan Indonesia terwujud dalam suku bangsasuku bangsa yang memiliki kepribadian, sifat, corak, bahasa, dan perilaku budaya yang berbeda-beda. Masing-masing suku bangsa memiliki rasa solidaritas dan kebanggaan (primordialisme) terhadap kelompoknya yang seringkali berpotensi menciptakan konflik antarsuku bangsa.
Di dalam struktural sosial masyarakat Indonesia pada dasarnya terdapat dua dimensi sosial, yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal. Dua dimensi ini dapat mengganggu proses integrasi atau persatuan masyarakat Indonesia.
1. Dimensi Horizontal Masyarakat Indonesia
Dimensi horizontal mencakup keterkaitan bersama kelompokkelompok sosial yang berbeda-beda, seperti etnik, keluarga, bahasa, agama, dan rasial di dalam kerangka loyalitas dan lembaga nasional. Secara horizontal, masalah integrasi nasional di Indonesia tidak begitu mengkhawatirkan. Tidak seperti Malaysia, Indonesia tidak terbagi secara tajam menurut garis ras, meskipun di dalamnya terdapat minoritas Cina, India, Arab, dan lainnya. Indonesia juga tidak terbagi secara tajam menurut garis bahasa karena di Indonesia ada bahasa pemersatu, yaitu bahasa Indonesia.
Namun, di sisi lain Indonesia juga menghadapi problem integrasi yang serius. Misalnya, batas-batas provinsi dan kabupaten di Indonesia identik dengan batas kesukuan. Hal itu merupakan warisan kolonial Belanda. Antara satu provinsi dan provinsi lain umumnya berbeda secara kesukuan dan agama. Misalnya, antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara, keduanya berbeda dalam hal suku bangsa, yaitu Aceh dan Batak dan dalam hal agama, yaitu Islam dan Kristen. Demikian pula antara Bali dan Lombok di Nusa Tenggara Timur. Bali didiami suku bangsa Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, sedangkan Lombok didiami suku bangsa Sasak yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal itu memudahkan munculnya sentimen primordial kedaerahan yang tinggi sehingga mudah menimbulkan perpecahan nasional.
2. Dimensi Vertikal Masyarakat Indonesia
Dimensi vertikal meliputi kesenjangan politik, ekonomi, dan budaya antara perkotaan dan pedesaan, antara orang berpendidikan Barat dan tidak berpendidikan, antara kaum elite nasional dan kaum tradisional serta antara orang kaya dan miskin. Penduduk perkotaan, kaum elite politik nasional, dan kaum terdidik pada umumnya memiliki budaya modern metropolitan di dalam bidang politik, gaya hidup, dan kekayaan material. Sementara itu, penduduk pedesaan dengan pola pertanian tradisional umumnya memiliki budaya tradisional yang menjalankan praktik hidup berdasarkan tradisi turun-temurun dan tolok ukur daerah masing-masing.
Meskipun dalam masyarakat majemuk ada potensi timbulnya perbedaan sosial yang tajam di antara kelompok-kelompok sosial yang ada, tetapi bukan berarti bahwa di dalam masyarakat majemuk tidak bisa terjadi proses integrasi.
Disalin dari Buku Sekolah Elektronik Antropologi (Siany L, dan Atiek Catur B)
Di dalam struktural sosial masyarakat Indonesia pada dasarnya terdapat dua dimensi sosial, yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal. Dua dimensi ini dapat mengganggu proses integrasi atau persatuan masyarakat Indonesia.
1. Dimensi Horizontal Masyarakat Indonesia
Dimensi horizontal mencakup keterkaitan bersama kelompokkelompok sosial yang berbeda-beda, seperti etnik, keluarga, bahasa, agama, dan rasial di dalam kerangka loyalitas dan lembaga nasional. Secara horizontal, masalah integrasi nasional di Indonesia tidak begitu mengkhawatirkan. Tidak seperti Malaysia, Indonesia tidak terbagi secara tajam menurut garis ras, meskipun di dalamnya terdapat minoritas Cina, India, Arab, dan lainnya. Indonesia juga tidak terbagi secara tajam menurut garis bahasa karena di Indonesia ada bahasa pemersatu, yaitu bahasa Indonesia.
Namun, di sisi lain Indonesia juga menghadapi problem integrasi yang serius. Misalnya, batas-batas provinsi dan kabupaten di Indonesia identik dengan batas kesukuan. Hal itu merupakan warisan kolonial Belanda. Antara satu provinsi dan provinsi lain umumnya berbeda secara kesukuan dan agama. Misalnya, antara Provinsi Aceh dan Sumatra Utara, keduanya berbeda dalam hal suku bangsa, yaitu Aceh dan Batak dan dalam hal agama, yaitu Islam dan Kristen. Demikian pula antara Bali dan Lombok di Nusa Tenggara Timur. Bali didiami suku bangsa Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, sedangkan Lombok didiami suku bangsa Sasak yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal itu memudahkan munculnya sentimen primordial kedaerahan yang tinggi sehingga mudah menimbulkan perpecahan nasional.
2. Dimensi Vertikal Masyarakat Indonesia
Dimensi vertikal meliputi kesenjangan politik, ekonomi, dan budaya antara perkotaan dan pedesaan, antara orang berpendidikan Barat dan tidak berpendidikan, antara kaum elite nasional dan kaum tradisional serta antara orang kaya dan miskin. Penduduk perkotaan, kaum elite politik nasional, dan kaum terdidik pada umumnya memiliki budaya modern metropolitan di dalam bidang politik, gaya hidup, dan kekayaan material. Sementara itu, penduduk pedesaan dengan pola pertanian tradisional umumnya memiliki budaya tradisional yang menjalankan praktik hidup berdasarkan tradisi turun-temurun dan tolok ukur daerah masing-masing.
Meskipun dalam masyarakat majemuk ada potensi timbulnya perbedaan sosial yang tajam di antara kelompok-kelompok sosial yang ada, tetapi bukan berarti bahwa di dalam masyarakat majemuk tidak bisa terjadi proses integrasi.
Disalin dari Buku Sekolah Elektronik Antropologi (Siany L, dan Atiek Catur B)