Songkok Hitam Indonesia Punya
"Berbaju putih, Bersongkok Merah" Itulah sepenggal kalimat yang muncul dalam Syair Siti Zubaidah (1840), satu dari sekian ratus sy...
http://mbahkarno.blogspot.com/2012/06/songkok-hitam-indonesia-punya.html?m=0
"Berbaju putih, Bersongkok Merah"
Itulah sepenggal kalimat yang muncul dalam Syair Siti Zubaidah (1840), satu dari sekian ratus syair yang terkenal di dunia kesusteraan Melayu. Sepenggal syair di atas mungkin singkat adanya, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan betapa songkok merupakan salah satu pengisi sejarah budaya di tanah melayu, tak terkecuali Indonesia.
Oke, sebelum kita berbicara lebih jauh tentang bahasan Songkok Hitam dan Indonesia, ada baiknya kita kenali lebih dulu apa itu songkok.
Apa itu Songkok?
Songkok, agak terdengar seperti bahasa China ya? (mungkin karena pengucapannya hampir sama dengan kata Tiongkok, atau Samkok), Padahal Songkok sama sekali tidak merujuk pada sesuatu yang berbau China, melainkan justru merujuk pada sesuatu yang sangat melayu, sebuah benda berupa penutup kepala yang selain erat kaitannya dengan melayu, juga identik dengan Islam. Masyarakat Luas lebih mengenalnya sebagai Peci, atau kopiah (Di Daerah saya sendiri, Magelang, orang menyebutnya sebagai kupluk). Secara Fisik, Songkok bisa digambarkan sebagai penutup kepala (untuk laki-laki) dengan penampang berbentuk lonjong, bulat, atau bulat memanjang. biasanya terbuat dari bahan beludru atau cotton dan kadang dihiasi bordiran atau rajutan ornament Islami.
Songkok (Peci, atau Kopiah)
Konon, Songkok (atau peci) berasal dari Daerah Timur Tengah, terutama daerah Turki (beberapa data menyebutkan songkok berasal dari India). Kata Peci di Indonesia sendiri berasal dari serapan bahasa Belanda, yaitu Pet (Topi) dan Ce (Kecil). Adapun Asal-usul keberadaan songkok di Daerah Melayu (Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina) diperkirakan dibawa oleh para pedagang dari Arab pada abad ke 13, dimana pada masa itu, terjadi eksodus besar-besaran para pedagang dan Saudagar Arab ke Melayu untuk berdagang sambil menyebarkan agama Islam di Tanah Melayu.
Ilustrasi persebaran Songkok hingga ke Indonesia
Pesatnya perkembangan agama Islam di tanah melayu secara langsung juga membuat pamor Songkok makin terkenal, banyak orang-orang melayu yang kemudian menjadikan songkok sebagai atribut busananya, tak terkecuali Indonesia.
Songkok Melayu Punya, Songkok hitam Indonesia punya
Songkok boleh jadi menjadi identitas Melayu (Indonesia, Malaysia, Bruney, Singapura), Tapi jika sudah berbicara Songkok Hitam, maka tak dapat ditawar lagi, itulah identitas khusus untuk bangsa Indonesia, sekali lagi Indonesia (tanpa ada embel-embel melayu). Sejarah panjang pemakaian identitas songkok hitam bagi bangsa Indonesia bermula . Saat itu, hampir semua bangsa-bangsa pergerakan (bangsa yang sedang dalam masa pergerakan perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan atau membentuk negara baru), terutama bangsa-bangsa Asia dan Afrika berusaha untuk menonjolkan identitas pergerakan nasionalisme kebangsaan mereka, tak terkecuali Indonesia.
Usaha penonjolan identitas kebangsaan ini sendiri dipelopori oleh bangsa Turki, saat itu kaum muda pergerakan menggunakan topi fez sebagai simbol pergerakan Turki Muda di tahun 1908 yang saat itu menuntut adanya reformasi dari Sultan Turki, keberhasilan gerakan Turki Muda ini kemudian membuat tokoh-tokoh pergerakan dari negara-negara lain mengikuti cara pergerakan Turki muda, yaitu menggunakan symbol kebangsaan. Dan Para Tokoh Pergerakan Bangsa Indonesia sadar betul, bahwa pemakaian identitas kebangsaan adalah cara yang ampuh untuk mengenalkan pergerakan bangsa Indonesia di mata Internasional, karena itulah kemudian dalam rapat Jong Java di semarang, Bung Karno yang saat itu merupakan pentolan Partai Nasional Indonesia mengenalkan songkok hitam sebagai identitas Partainya.
Songkok Hitam, Identitas Bangsa Indonesia
Lambat Laun, aksi dan sepak terjang Bung Karno bersama para pemimpin PNI dalam pergerakan nasional Indonesia membuat PNI menjadi partai yang besar, sontak, popularitas songkok hitam pun kemudian ikut melambung pula. Penggunaan Songkok Hitam kemudian meluas acuannya, dari identitas partai, kemudian menjadi Identitas kebangsaan. Apalagi setelah Bung Karno terpilih menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Bukannya Malaysia juga punya Songkok Hitam?
Ya, Jumlah pengguna Songkok hitam di Malaysia memang lumayan banyak, tapi bukan berarti Songkok hitam itu diclaim menjadi milik Malaysia, karena Malaysia sendiri belum pernah mengumumkan Songkok hitam sebagai identitas kebangsaan atau organisasi kebangsannya, lain halnya dengan Indonesia yang dengan jelas dan gamblang memproklamirkan Songkok hitam sebagai identitas kebangsaan (walaupun bermula dari identitas partai kebangsaan). Malaysia pada akhirnya memutuskan untuk menjadikan Tanjak (sejenis Songkok, namun berbeda bentuknya) sebagai identitas kebangsannya, tanjak konon menjadi mahkota kebesaran bagi Hang Tuah, yang notaben adalah salah satu tokoh pahlawan bagi masayarakat Malaysia. Di Beberapa daerah di Indonesia, Tanjak Juga lumayan terkenal.
Tanjak, Penutup kepala identitas Bangsa Malaysia
Memakai Tanjak
Songkok Hitam ala Indonesia di mata Internasional
Pasca kemerdekaan, ternyata perjuangan bangsa Indonesia belum usai, Indonesia masih harus menghadapi berbagai permasalahan, diantaranya masalah pengakuan kedaulatan, masalah negara boneka, sampai masalah Irian Barat. Dalam Kondisi seperti ini, Para Pemimpin dan wakil bangsa Ini Diuji kemampuan diplomasi Internasionalnya untuk mempertahankan martabat bangsa ini melalui berbagai diplomasi perjanjian, diantaranya Perjanjian Linggarjati, Renville, Roem Royen, Konferensi Meja Bundar, sampai Konferensi Tiga Negara (Tapi maaf, saya tidak akan membicarakan masalah diplomasinya, tapi masalah songkok hitamnya). Rupanya, dalam setiap kegiatan diplomasinya, para wakil bangsa ini selalu menggunakan Songkok Hitam sebagai identitasnya. Hal ini secara tidak langsung membuat Pamor Songkok Hitam sebagai identitas bangsa Indonesia makin kentara di mata Internasional.
Bahkan Presiden Soekarno sendiri selalu memakai Songkok hitam sebagai salah satu pakaian kebesarannya, baik dalam acara kunjungan ke luar negeri ataupun kegiatan pemerintahan di dalam negeri, Presiden Soekarno selalu memakai Songkok Hitam, tak heran jika kemudian Songkok Hitam menjadi ciri khas seorang Seokarno (selain tongkat komandonya yang namanya sudah sangat termasyur itu).
Dalam setiap kunjunganya ke luar Negeri, Bung Karno selalu memakai Songkok Hitam
Songkok Hitam Pasca Orde Lama
Memasuki masa Orde baru, Rezim Seoharto berusaha untuk menghapus berbagai sesuatu yang berbau orde lama, segala hal yang ada hubungannya dengan orde lama (terutama berhubungan dengan Seokarno). Namun ternyata, tradisi Songkok hitam yang jelas-jelas sangat identik dengan Seokarno tidak ikut dihapuskan, mungkin karena sudah terlalu memasyarakat (atau mungkin karena tak terlalu mengingatkan rakyat pada euforia orde lama). Sehingga di masa Orde barupun, “tradisi memakai songkok hitam” tetap lestari.
Songkok hitam, nasibmu kini
Sungguh sangat memprihatinkan, ternyata di jaman sekarang ini, banyak generasi muda yang enggan dan justru malah merasa malu kalo memakai songkok hitam, karena menurut mereka, songkok hitam itu kuno, jadi jangan heran jika di jaman sekarang, pemakaian songkok hitam hanya sebatas oleh orang-orang tua, andaipun orang-orang muda mau memakainya, itupun tak seberapa jumlahnya, dan juga itu biasanya juga hanya dipakai pada sat acara-acara tertentu seperti pengajian, khitanan, lawatan, dan acara-acara tertentu lainnya.
beberapa Anggota Kabinet Indonesia bersatu II berpose santai dengan Songkok Hitam
Paskibra Indonesia: Songkok Hitam tetap menjadi penutup kepala Wajib
Pegawai Negeri pun memakai Songkok Hitam (Yang PNS wanita tolong diabaikan)
Jangan Malu memakai Songkok hitam, Itu Punya kita
Jika kita merasa bangga saat memakai batik, maka kita seharusnya juga bangga memakai songkok hitam , karena keduanya merupakan warisan bangsa kita yang tentunya pantas dan harus dilestarikan. Harapannya tentu saja agar Semangat kebangsaan Indonesia lewat songkok hitam ini kembali terangkat seperti pada saat masa-masa pergerakan dulu.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Songkok
http://www.bt.com.bn/features/2007/09/23/the_origin_of_the_songkok_or_kopiah
http://forum.lowyat.net/topic/1591252/all
http://en.wikipedia.org/wiki/Songkok/Peci
http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/28/peci-hitam-dan-identitas-paling-indonesia/
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/18/berkelana-di-ranah-minang-37-hati-hati-memakai-peci-di-ranah-minang/
http://farm4.static.flickr.com/3380/3408292430_7c6efb8d31_o.jpg
http://resam-melayu.com/2009/12/tanjak-warisan-melayu.html
http://mcp.anu.edu.au/N/Zub_bib.html
Sumber Gambar:
Kompas.com
Fotografer.net
redzaridzuan.com
kampungtki.com
wpmap.org
manadopost.co.id
itrademarket.com
Google.com
Semua gambar yang diambil tidak mencantumkan mark hak cipta.
Itulah sepenggal kalimat yang muncul dalam Syair Siti Zubaidah (1840), satu dari sekian ratus syair yang terkenal di dunia kesusteraan Melayu. Sepenggal syair di atas mungkin singkat adanya, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan betapa songkok merupakan salah satu pengisi sejarah budaya di tanah melayu, tak terkecuali Indonesia.
Oke, sebelum kita berbicara lebih jauh tentang bahasan Songkok Hitam dan Indonesia, ada baiknya kita kenali lebih dulu apa itu songkok.
Apa itu Songkok?
Songkok, agak terdengar seperti bahasa China ya? (mungkin karena pengucapannya hampir sama dengan kata Tiongkok, atau Samkok), Padahal Songkok sama sekali tidak merujuk pada sesuatu yang berbau China, melainkan justru merujuk pada sesuatu yang sangat melayu, sebuah benda berupa penutup kepala yang selain erat kaitannya dengan melayu, juga identik dengan Islam. Masyarakat Luas lebih mengenalnya sebagai Peci, atau kopiah (Di Daerah saya sendiri, Magelang, orang menyebutnya sebagai kupluk). Secara Fisik, Songkok bisa digambarkan sebagai penutup kepala (untuk laki-laki) dengan penampang berbentuk lonjong, bulat, atau bulat memanjang. biasanya terbuat dari bahan beludru atau cotton dan kadang dihiasi bordiran atau rajutan ornament Islami.
Songkok (Peci, atau Kopiah)
Konon, Songkok (atau peci) berasal dari Daerah Timur Tengah, terutama daerah Turki (beberapa data menyebutkan songkok berasal dari India). Kata Peci di Indonesia sendiri berasal dari serapan bahasa Belanda, yaitu Pet (Topi) dan Ce (Kecil). Adapun Asal-usul keberadaan songkok di Daerah Melayu (Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina) diperkirakan dibawa oleh para pedagang dari Arab pada abad ke 13, dimana pada masa itu, terjadi eksodus besar-besaran para pedagang dan Saudagar Arab ke Melayu untuk berdagang sambil menyebarkan agama Islam di Tanah Melayu.
Ilustrasi persebaran Songkok hingga ke Indonesia
Pesatnya perkembangan agama Islam di tanah melayu secara langsung juga membuat pamor Songkok makin terkenal, banyak orang-orang melayu yang kemudian menjadikan songkok sebagai atribut busananya, tak terkecuali Indonesia.
Songkok Melayu Punya, Songkok hitam Indonesia punya
Songkok boleh jadi menjadi identitas Melayu (Indonesia, Malaysia, Bruney, Singapura), Tapi jika sudah berbicara Songkok Hitam, maka tak dapat ditawar lagi, itulah identitas khusus untuk bangsa Indonesia, sekali lagi Indonesia (tanpa ada embel-embel melayu). Sejarah panjang pemakaian identitas songkok hitam bagi bangsa Indonesia bermula . Saat itu, hampir semua bangsa-bangsa pergerakan (bangsa yang sedang dalam masa pergerakan perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan atau membentuk negara baru), terutama bangsa-bangsa Asia dan Afrika berusaha untuk menonjolkan identitas pergerakan nasionalisme kebangsaan mereka, tak terkecuali Indonesia.
Usaha penonjolan identitas kebangsaan ini sendiri dipelopori oleh bangsa Turki, saat itu kaum muda pergerakan menggunakan topi fez sebagai simbol pergerakan Turki Muda di tahun 1908 yang saat itu menuntut adanya reformasi dari Sultan Turki, keberhasilan gerakan Turki Muda ini kemudian membuat tokoh-tokoh pergerakan dari negara-negara lain mengikuti cara pergerakan Turki muda, yaitu menggunakan symbol kebangsaan. Dan Para Tokoh Pergerakan Bangsa Indonesia sadar betul, bahwa pemakaian identitas kebangsaan adalah cara yang ampuh untuk mengenalkan pergerakan bangsa Indonesia di mata Internasional, karena itulah kemudian dalam rapat Jong Java di semarang, Bung Karno yang saat itu merupakan pentolan Partai Nasional Indonesia mengenalkan songkok hitam sebagai identitas Partainya.
Songkok Hitam, Identitas Bangsa Indonesia
Lambat Laun, aksi dan sepak terjang Bung Karno bersama para pemimpin PNI dalam pergerakan nasional Indonesia membuat PNI menjadi partai yang besar, sontak, popularitas songkok hitam pun kemudian ikut melambung pula. Penggunaan Songkok Hitam kemudian meluas acuannya, dari identitas partai, kemudian menjadi Identitas kebangsaan. Apalagi setelah Bung Karno terpilih menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Bukannya Malaysia juga punya Songkok Hitam?
Ya, Jumlah pengguna Songkok hitam di Malaysia memang lumayan banyak, tapi bukan berarti Songkok hitam itu diclaim menjadi milik Malaysia, karena Malaysia sendiri belum pernah mengumumkan Songkok hitam sebagai identitas kebangsaan atau organisasi kebangsannya, lain halnya dengan Indonesia yang dengan jelas dan gamblang memproklamirkan Songkok hitam sebagai identitas kebangsaan (walaupun bermula dari identitas partai kebangsaan). Malaysia pada akhirnya memutuskan untuk menjadikan Tanjak (sejenis Songkok, namun berbeda bentuknya) sebagai identitas kebangsannya, tanjak konon menjadi mahkota kebesaran bagi Hang Tuah, yang notaben adalah salah satu tokoh pahlawan bagi masayarakat Malaysia. Di Beberapa daerah di Indonesia, Tanjak Juga lumayan terkenal.
Tanjak, Penutup kepala identitas Bangsa Malaysia
Memakai Tanjak
Songkok Hitam ala Indonesia di mata Internasional
Pasca kemerdekaan, ternyata perjuangan bangsa Indonesia belum usai, Indonesia masih harus menghadapi berbagai permasalahan, diantaranya masalah pengakuan kedaulatan, masalah negara boneka, sampai masalah Irian Barat. Dalam Kondisi seperti ini, Para Pemimpin dan wakil bangsa Ini Diuji kemampuan diplomasi Internasionalnya untuk mempertahankan martabat bangsa ini melalui berbagai diplomasi perjanjian, diantaranya Perjanjian Linggarjati, Renville, Roem Royen, Konferensi Meja Bundar, sampai Konferensi Tiga Negara (Tapi maaf, saya tidak akan membicarakan masalah diplomasinya, tapi masalah songkok hitamnya). Rupanya, dalam setiap kegiatan diplomasinya, para wakil bangsa ini selalu menggunakan Songkok Hitam sebagai identitasnya. Hal ini secara tidak langsung membuat Pamor Songkok Hitam sebagai identitas bangsa Indonesia makin kentara di mata Internasional.
Bahkan Presiden Soekarno sendiri selalu memakai Songkok hitam sebagai salah satu pakaian kebesarannya, baik dalam acara kunjungan ke luar negeri ataupun kegiatan pemerintahan di dalam negeri, Presiden Soekarno selalu memakai Songkok Hitam, tak heran jika kemudian Songkok Hitam menjadi ciri khas seorang Seokarno (selain tongkat komandonya yang namanya sudah sangat termasyur itu).
Dalam setiap kunjunganya ke luar Negeri, Bung Karno selalu memakai Songkok Hitam
Songkok Hitam Pasca Orde Lama
Memasuki masa Orde baru, Rezim Seoharto berusaha untuk menghapus berbagai sesuatu yang berbau orde lama, segala hal yang ada hubungannya dengan orde lama (terutama berhubungan dengan Seokarno). Namun ternyata, tradisi Songkok hitam yang jelas-jelas sangat identik dengan Seokarno tidak ikut dihapuskan, mungkin karena sudah terlalu memasyarakat (atau mungkin karena tak terlalu mengingatkan rakyat pada euforia orde lama). Sehingga di masa Orde barupun, “tradisi memakai songkok hitam” tetap lestari.
Songkok hitam, nasibmu kini
Sungguh sangat memprihatinkan, ternyata di jaman sekarang ini, banyak generasi muda yang enggan dan justru malah merasa malu kalo memakai songkok hitam, karena menurut mereka, songkok hitam itu kuno, jadi jangan heran jika di jaman sekarang, pemakaian songkok hitam hanya sebatas oleh orang-orang tua, andaipun orang-orang muda mau memakainya, itupun tak seberapa jumlahnya, dan juga itu biasanya juga hanya dipakai pada sat acara-acara tertentu seperti pengajian, khitanan, lawatan, dan acara-acara tertentu lainnya.
beberapa Anggota Kabinet Indonesia bersatu II berpose santai dengan Songkok Hitam
Para Veteran dengan Songkok hitam dalam salah satu acara kemasyarakatan
Paskibra Indonesia: Songkok Hitam tetap menjadi penutup kepala Wajib
Pegawai Negeri pun memakai Songkok Hitam (Yang PNS wanita tolong diabaikan)
Jangan Malu memakai Songkok hitam, Itu Punya kita
Jika kita merasa bangga saat memakai batik, maka kita seharusnya juga bangga memakai songkok hitam , karena keduanya merupakan warisan bangsa kita yang tentunya pantas dan harus dilestarikan. Harapannya tentu saja agar Semangat kebangsaan Indonesia lewat songkok hitam ini kembali terangkat seperti pada saat masa-masa pergerakan dulu.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Songkok
http://www.bt.com.bn/features/2007/09/23/the_origin_of_the_songkok_or_kopiah
http://forum.lowyat.net/topic/1591252/all
http://en.wikipedia.org/wiki/Songkok/Peci
http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/28/peci-hitam-dan-identitas-paling-indonesia/
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/18/berkelana-di-ranah-minang-37-hati-hati-memakai-peci-di-ranah-minang/
http://farm4.static.flickr.com/3380/3408292430_7c6efb8d31_o.jpg
http://resam-melayu.com/2009/12/tanjak-warisan-melayu.html
http://mcp.anu.edu.au/N/Zub_bib.html
Sumber Gambar:
Kompas.com
Fotografer.net
redzaridzuan.com
kampungtki.com
wpmap.org
manadopost.co.id
itrademarket.com
Google.com
Semua gambar yang diambil tidak mencantumkan mark hak cipta.