Jenis-Jenis Tradisi Lisan
Tradisi lisan terdiri atas cerita rakyat, bahasa rakyat, teka-teki rakyat (pertanyaan tradisional), peribahasa rakyat (ungkapan tradisional)...
http://mbahkarno.blogspot.com/2013/10/jenis-jenis-tradisi-lisan.html
Tradisi lisan terdiri atas cerita rakyat, bahasa rakyat, teka-teki rakyat (pertanyaan tradisional), peribahasa rakyat (ungkapan tradisional), dan nyanyian rakyat. Pada uraian berikut ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis tradisi lisan tersebut.
1. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita pada zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat yang diceritakan secara turun-temurun. Meskipun sebagian besar isi cerita rakyat hanya berisi cerita khayalan, namun di dalam cerita rakyat tersebut terkandung pesan moral yang berisi nasihat-nasihat. Oleh karena itu, cerita rakyat dapat dipakai sebagai sarana pewarisan kebudayaan dan adat istiadat dari suatu masyarakat kepada generasi berikutnya.
Contoh cerita rakyat berupa legenda adalah legenda Ken Arok, legenda Panji, dan legenda para Wali. Contoh cerita rakyat yang berupa dongeng adalah dongeng Sang Kancil,Ande-Ande Lumut, Bawang Putih dan Bawang Merah, SangKuriang atau legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, dan dongeng Bujang Munang dari Kalimantan Barat.
2. Bahasa Rakyat
Menurut James Danadjaja dalam buku Folklor Indonesia, bentuk-bentuk tradisi lisan yang termasuk dalam kelompok bahasa rakyat adalah logat atau dialek, slang, bahasa pedagang (shoptalk), bahasa sehari-hari yang menyimpang dari bahasa konvensional (colloquial), sirkumlokusi, cara pemberian nama pada seseorang, gelar kebangsawanan, bahasa bertingkat (speech level), kata-kata onomatopoetis (onomatopoetic), dan pemberian nama tradisional jalan atau tempat tertentu berdasarkan legenda sejarah (onomastis).
3. Sajak atau Puisi Rakyat
Ciri khas folklor lisan berbentuk sajak rakyat adalah kalimatnya berbentuk terikat (fixed phrase). Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang terdiri atas beberapa deret kalimat yang dibentuk berdasarkan unsur mantra, panjang pendeknya suku kata, dan lemah kuatnya tekanan suara atau irama. Sajak atau puisi rakyat dapat berbentuk ungkapan tradisional (peribahasa), pertanyaan tradisional (teka-teki), cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat berupa mantra-mantra. Menurut W. Meijner, seperti puisi-puisi rakyat dari bangsa lain, puisi rakyat bangsa Indonesia seringkali bertumpang tindih dengan jenis-jenis folklore lainnya. Suku-suku bangsa di Indonesia memiliki banyak sekali khazanah puisi rakyat yang masih belum tergali kekayaannya.
Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Jawa adalah jenis puisi rakyat yang harus dinyanyikan yang disebut tembang. Contoh puisi rakyat berbentuk tembang adalah tembang sinom, kinanti, pangkur, dan durma. Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Sunda adalah puisi rakyat yang berfungsi sebagai sindiran yang disebut sisindiran. Berdasarkan jenisnya sisindiran dibagi menjadi dua kategori, yakni sisindiran yang disebut paparikan dan wawangsalan. Contoh puisi rakyat dalam bahasa Bali disebut dengan istilah geguritan yang bertema masalah percintaan.
Beberapa jenis sajak atau puisi rakyat adalah sajak untuk anak-anak (nursery rhyme), sajak permainan (play rhyme), dan sajak untuk menentukan siapa yang menjadi lawan dalam satu permainan atau tuduhan (counting out rhyme). Contoh sajak anak-anak suku Betawi yang paling terkenal adalah, "pok ame-ame, balang kupu-kupu, tepok rame-rame, malam minum susu…" Sajak anak-anak tersebut dibawakan untuk menghibur bayi yang sedang sedih agar tertawa.
4. Peribahasa Rakyat (Ungkapan Tradisional)
Menurut Cervantes, peribahasa atau ungkapan tradisional adalah kalimat pendek berisi nasihat bijak bagi masyarakat. Di Indonesia setiap suku bangsa memiliki khazanah peribahasa rakyat yang berisi petuah-petuah bijak dan pedoman nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, di Bali terdapat peribahasa rakyat yang berbunyi, "yen melali aluthan, dan takhut selem" (jika berani bermain dengan arang, jangan takut menjadi hitam). Arti peribahasa tersebut adalah apabila seseorang berani menghadapi bahaya maka ia juga harus menghadapi resikonya. Peribahasa rakyat atau ungkapan tradisional memiliki dua sifat dasar, yaitu berbentuk satu kalimat ungkapan dan mempunyai bentuk yang baku.
5. Teka-Teki Rakyat (Pertanyaan Tradisional)
Pertanyaan tradisional atau teka-teki rakyat adalah pertanyaan yang sukar untuk dijawab dan baru dapat dijawab setelah diketahui jawabannya. Beberapa contoh teka-teki rakyat (pertanyaan tradisional), antara lain sebagai berikut.
a. "Anaknya bersarung, induknya telanjang, apakah itu ?" Jawabnya "rebung bambu".
b. "Dua ekor kelinci putih keluar masuk gua, apakah itu ?" Jawabnya "ingus di hidung seorang anak kecil yang sedang pilek."
c. "Ayam berbulu terbalik, bermain di kebun, apa itu ?" Jawabnya "buah nanas".
d. "Bulat bagaikan simpai, dalam bagaikan cangkir, seluruh sapi jantan raja tidak dapat menariknya", Jawabnya "sebuah sumur".
6. Nyanyian Rakyat (Folksong)
Menurut Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri atas kata-kata dan lagu tradisional yang dinyanyikan secara lisan di dalam suatu masyarakat. Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis nyanyian rakyat dapat dibagi menjadi, antara lain:
a. nyanyian rakyat atau aba-aba yang digunakan untuk menggugah semangat "gotong royong" masyarakat seperti aba-aba holopis kuntul baris dari Jawa Timur atau rambate rata dari Sulawesi Selatan;
b. nyanyian permainan yang digunakan untuk mengiringi anak-anak yang bermain baris-berbaris. Misalnya, nyanyian baris terik tempe, ridong udele bodong (berbaris sayuran dari tempe, Ridong pusarnya menonjol) dari Jawa Timur.
Berdasarkan isinya, nyanyian rakyat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu nyanyian rakyat permainan anak-anak, umum, dan kerohanian. Contoh nyanyian rakyat untuk mengiringi tari atau permainan anak-anak dari berbagai daerah adalah Cublak- Cublak Suweng, Ilir-Ilir, dan Jamuran (Jawa Tengah dan Jawa Timur); Cing Cangkeling (Jawa Barat); Meyong-Meyong (Bali); dan Cik-Cik Periok (Kalimantan). Nyanyian rakyat umum dinyanyikan untuk mengiringi suatu tarian. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur nyanyian rakyat umum disebut dengan istilah gending, seperti gending sinom, pucung, dan asmaradhana. Di Bali terdapat nyanyian rakyat umum di dalam kisah balada dan epos yang berasal dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Di Jawa Barat terdapat nyanyian rakyat umum yang disebut pantun Sunda, seperti Cerita Lutung Kesarung, Cerita Sumur Bandung, Cerita Demung Kalagan, dan Cerita Mundanglaya di Kusuma.
Disalin dari Buku Sekolah Elektronik Antropologi (Siany L, dan Atiek Catur B)
1. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita pada zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat yang diceritakan secara turun-temurun. Meskipun sebagian besar isi cerita rakyat hanya berisi cerita khayalan, namun di dalam cerita rakyat tersebut terkandung pesan moral yang berisi nasihat-nasihat. Oleh karena itu, cerita rakyat dapat dipakai sebagai sarana pewarisan kebudayaan dan adat istiadat dari suatu masyarakat kepada generasi berikutnya.
Contoh cerita rakyat berupa legenda adalah legenda Ken Arok, legenda Panji, dan legenda para Wali. Contoh cerita rakyat yang berupa dongeng adalah dongeng Sang Kancil,Ande-Ande Lumut, Bawang Putih dan Bawang Merah, SangKuriang atau legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, dan dongeng Bujang Munang dari Kalimantan Barat.
2. Bahasa Rakyat
Menurut James Danadjaja dalam buku Folklor Indonesia, bentuk-bentuk tradisi lisan yang termasuk dalam kelompok bahasa rakyat adalah logat atau dialek, slang, bahasa pedagang (shoptalk), bahasa sehari-hari yang menyimpang dari bahasa konvensional (colloquial), sirkumlokusi, cara pemberian nama pada seseorang, gelar kebangsawanan, bahasa bertingkat (speech level), kata-kata onomatopoetis (onomatopoetic), dan pemberian nama tradisional jalan atau tempat tertentu berdasarkan legenda sejarah (onomastis).
3. Sajak atau Puisi Rakyat
Ciri khas folklor lisan berbentuk sajak rakyat adalah kalimatnya berbentuk terikat (fixed phrase). Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang terdiri atas beberapa deret kalimat yang dibentuk berdasarkan unsur mantra, panjang pendeknya suku kata, dan lemah kuatnya tekanan suara atau irama. Sajak atau puisi rakyat dapat berbentuk ungkapan tradisional (peribahasa), pertanyaan tradisional (teka-teki), cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat berupa mantra-mantra. Menurut W. Meijner, seperti puisi-puisi rakyat dari bangsa lain, puisi rakyat bangsa Indonesia seringkali bertumpang tindih dengan jenis-jenis folklore lainnya. Suku-suku bangsa di Indonesia memiliki banyak sekali khazanah puisi rakyat yang masih belum tergali kekayaannya.
Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Jawa adalah jenis puisi rakyat yang harus dinyanyikan yang disebut tembang. Contoh puisi rakyat berbentuk tembang adalah tembang sinom, kinanti, pangkur, dan durma. Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Sunda adalah puisi rakyat yang berfungsi sebagai sindiran yang disebut sisindiran. Berdasarkan jenisnya sisindiran dibagi menjadi dua kategori, yakni sisindiran yang disebut paparikan dan wawangsalan. Contoh puisi rakyat dalam bahasa Bali disebut dengan istilah geguritan yang bertema masalah percintaan.
Beberapa jenis sajak atau puisi rakyat adalah sajak untuk anak-anak (nursery rhyme), sajak permainan (play rhyme), dan sajak untuk menentukan siapa yang menjadi lawan dalam satu permainan atau tuduhan (counting out rhyme). Contoh sajak anak-anak suku Betawi yang paling terkenal adalah, "pok ame-ame, balang kupu-kupu, tepok rame-rame, malam minum susu…" Sajak anak-anak tersebut dibawakan untuk menghibur bayi yang sedang sedih agar tertawa.
4. Peribahasa Rakyat (Ungkapan Tradisional)
Menurut Cervantes, peribahasa atau ungkapan tradisional adalah kalimat pendek berisi nasihat bijak bagi masyarakat. Di Indonesia setiap suku bangsa memiliki khazanah peribahasa rakyat yang berisi petuah-petuah bijak dan pedoman nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, di Bali terdapat peribahasa rakyat yang berbunyi, "yen melali aluthan, dan takhut selem" (jika berani bermain dengan arang, jangan takut menjadi hitam). Arti peribahasa tersebut adalah apabila seseorang berani menghadapi bahaya maka ia juga harus menghadapi resikonya. Peribahasa rakyat atau ungkapan tradisional memiliki dua sifat dasar, yaitu berbentuk satu kalimat ungkapan dan mempunyai bentuk yang baku.
5. Teka-Teki Rakyat (Pertanyaan Tradisional)
Pertanyaan tradisional atau teka-teki rakyat adalah pertanyaan yang sukar untuk dijawab dan baru dapat dijawab setelah diketahui jawabannya. Beberapa contoh teka-teki rakyat (pertanyaan tradisional), antara lain sebagai berikut.
a. "Anaknya bersarung, induknya telanjang, apakah itu ?" Jawabnya "rebung bambu".
b. "Dua ekor kelinci putih keluar masuk gua, apakah itu ?" Jawabnya "ingus di hidung seorang anak kecil yang sedang pilek."
c. "Ayam berbulu terbalik, bermain di kebun, apa itu ?" Jawabnya "buah nanas".
d. "Bulat bagaikan simpai, dalam bagaikan cangkir, seluruh sapi jantan raja tidak dapat menariknya", Jawabnya "sebuah sumur".
6. Nyanyian Rakyat (Folksong)
Menurut Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri atas kata-kata dan lagu tradisional yang dinyanyikan secara lisan di dalam suatu masyarakat. Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis nyanyian rakyat dapat dibagi menjadi, antara lain:
a. nyanyian rakyat atau aba-aba yang digunakan untuk menggugah semangat "gotong royong" masyarakat seperti aba-aba holopis kuntul baris dari Jawa Timur atau rambate rata dari Sulawesi Selatan;
b. nyanyian permainan yang digunakan untuk mengiringi anak-anak yang bermain baris-berbaris. Misalnya, nyanyian baris terik tempe, ridong udele bodong (berbaris sayuran dari tempe, Ridong pusarnya menonjol) dari Jawa Timur.
Berdasarkan isinya, nyanyian rakyat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu nyanyian rakyat permainan anak-anak, umum, dan kerohanian. Contoh nyanyian rakyat untuk mengiringi tari atau permainan anak-anak dari berbagai daerah adalah Cublak- Cublak Suweng, Ilir-Ilir, dan Jamuran (Jawa Tengah dan Jawa Timur); Cing Cangkeling (Jawa Barat); Meyong-Meyong (Bali); dan Cik-Cik Periok (Kalimantan). Nyanyian rakyat umum dinyanyikan untuk mengiringi suatu tarian. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur nyanyian rakyat umum disebut dengan istilah gending, seperti gending sinom, pucung, dan asmaradhana. Di Bali terdapat nyanyian rakyat umum di dalam kisah balada dan epos yang berasal dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Di Jawa Barat terdapat nyanyian rakyat umum yang disebut pantun Sunda, seperti Cerita Lutung Kesarung, Cerita Sumur Bandung, Cerita Demung Kalagan, dan Cerita Mundanglaya di Kusuma.
Disalin dari Buku Sekolah Elektronik Antropologi (Siany L, dan Atiek Catur B)